Silaturrahmi saat hari raya Idul Fitri tidak saja merupakan perintah agama yang memiliki berbagai manfaat dan keutamaan, tepai juga telah menjadi ritual sosial yang terpisahkan dari tradisi masyarakat Indonesia. Mudik, pulang kampung, sungkeman, bersalam-salaman, pemberian uang saku, angpou, halal bihalal, rekreasi keluarga, makan bersama, temu alumni dan keluarga bahkan arisan keluarga telah menjadi bentuk konkret silaturrahmi yang membudaya di tengah masyarakat.
Dalam tradisi masyarakat, silaturrahmi saat idul fitri dapat dimaknai dalam tiga aspek. Pertama, makna primordial; hari raya idul Hari raya atau lebaran identik dengan kegiatan yang dilakukan bersama keluarga inti dan kerabat. Momen ini dapat menjadi peristiwa penuh romantisme di kampung halaman. Kedua, Makna eksistensial; rangkaian silaturrahmi idul fitri dilakukan untuk menunjukkan pencapaian diri dan kontribusi yang telah diberikan pada keluarga dan kerabat. Ketiga, makna transformatif; merujuk pada adanya semangat, energi, serta motivasi yang didapatkan individu pasca silaturrahim idul fitri dengan serangkaian tradisinya. Pada konteks ini, individu mendapatkan booster spirit untuk merevitalisasi diri menjadi pribadi yang lebih baik.
Berlebaran itu merayakan Idul Firtri. Saatnya di era pandemi Covid-19 ini, Idul Fitri dikembalikan kepada fitrahnya, wujud rasa syukur dan menyebar kedamaian, bukan khawatir dan gelisah karena gagal meneruskan kebiasaan.(Imam Taufiq)
Islam mengajarkan bahwa silaturrahmi merupakan wujud keseimbangan aspek ibadah sosial dan ibadah individual. Ada hadis Nabi yang mengisyaratkan keutamaan ini: “Wahai manusia, tebarkanlah salam, berilah makan, sambunglah tali persaudaraan, shalatlah di malam hari ketika manusia terlelap tidur, niscaya kalian masuk surga dengan selamat.“ (H.R. Ibnu Majah). Hadis ini menegaskan, nilai-nilai agama yang mengantarkan manusia menuju masyarakat ideal digambarkan dengan simbol perdamaian, saling berbagi dan saling silaturrahim. Inilah cakupan ibadah individual yang sekaligus bernuansa sosial sebagai kolaborasi membangun masyarakat yang tentram dan damai.
Dalam konteks pandemi Covid-19 menggejala, jumlah pasien terpapar Corona masih signifikan, angka ODP/PDP/OTG dan kematian cukup tinggi dan kekhawatiran penularan virus yang tidak nampak ini semakin meluas, maka silaturrahmi idul fitri mesti dipahami secara transformatif dengan tetap mempertahankan esensi silaturrahmi. Saat ini perlu diperlukan semangat merawat esensi silaturrahmi, yaitu tidak hanya menunjukkan rasa syukur dan ketakwaan sosial akan tetapi juga meningkatkan kohesivitas, rasa keterhubungan dan rasa saling memiliki, menunjukkan kepedulian dan solidaritas sosial serta mewujudkan kerukunan dan kedamaian.
Transformasi silaturrahmi di era pandemi ini dapat dimaknai dengan mengganti kunjungan dan bepergian dengan silaturrahim secara virtual menggunakan video call/conference. Hal ini adalah bentuk kepedulian dan kasih sayang yang sesungguhnya karena melindungi keluarga dari resiko penularan COVID-19. Selain itu, silaturrahmi dapat dilakukan dengan cara memberikan tanda syukur dan kasih sayang melalui kiriman bingkisan (parcel/hampers), transfer dana, maupun e-money. Yang lebih penting lagi hari ini adalah silaturrahmi spiritual yaitu dengan cara mengikhlaskan semua salah orang lain tanpa diminta dengan penuh kesadaran, disamping juga mendoakan sahabat, saudara, kolega dan keluarga dalam diam agar mendapat pengampunan dari Allah. Selamat Hari Raya Idul Fitri, Tetap Silaturrahmi Meneguhkan Hati, Berdamai di Suasana Pandemi