Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Ramadhan tahun ini kita lalui dalam suasana keprihatinan dan kekhawatiran terhadap pandemi Covid-19 atau virus corona yang sedang melanda hampir di seluruh dunia.Adanya aturan social dan physical distancingmenjadikanacarakumpul bersama dilarang, sekolah diliburkan, keluar rumah tidak dianjurkan selain untuk kepentingan yang mendesak, bahkan kegiatan ibadah selama puasa Ramadhanpun dibatasi.
Tentu saja keadaan ini tidak lantas menjadikan ukhuwah kita terpuruk dan semakin individualistik. Bulan Ramadhan menggembleng diri seorang muslim tidak hanya untuk meningkatkan kulitas iman dan takwa namun juga meningkatkan kepekaan dan solidaritas sosial. Ketiadaan interaksi dengan orang lain tidak serta merta menjadi hambatan untuk terus berbuat baik terhadap sesama.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi Corona ini telah berdampak pada semua lapisan masyarakat. Disinilah solidaritas sosial diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi secara bersama-sama.Dengan tetap mentaati anjuran dan protokol pemerintah, banyak cara yang dapat kita lakukan.Pertama, memberikan sedekah atau menggalang dana untuk mereka yang membutuhkan seperti tenaga medis dan masyarakat yang rentan terdampak dari merebaknya virus corona ini. Banyak warga di sekeliling kita yang kehilangan pendapatan bahkan pekerjaan akibat keadaan yang tidak menentu. Bersedekah di bulan Ramadhan merupakan kebajikan yang akan dilipat gandakan pahalanya. Maka Ramadhan ini dapat kita jadikan motivasi untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya sekaligusmenanamkan sifat empatik terhadap sesama.
Kedua, tidak memberikan stigma bagi pasien positif corona sebagai pembawa virus, mengusir dari lingkungan tempat tinggalnya, atau menolak pemakaman jenazahnya merupakan bentuk solidaritas seorang muslim yang baik. Kita tidak boleh mendiskriminasi kelompok masyarakat tertentu dengan dalih ingin sehat dan selamat dari wabah ini. Sebaliknya, dibulan diijabahnya doa-doa ini, kita doakan dan dukung mereka agarcepat sembuh dari penyakitnya. Jika perlu, kita bantu mereka yang melakukan isolasi mandiri dengan menyediakan makanan untuk sahur dan berbuka.Dengan sikap seperti ini, mereka akan merasa tidak sendiri dan lebih bersemangat sehingga imun tubuh mereka semakin kuat.
Ketiga, menghindari sikap pamer merupakan contoh lain sikap solider. Dimasa sulit karena pandemi seperti ini, tidak etis memerkan apa yang kita miliki entah secara langsung atau lewat media sosial meski dengan dalih berbagi kebahagiaan. Selain tidak menunjukkan empati, tindakan seperti ini dapat memicu kecemburuan bahkan kejahatan. Alangkah lebih baik jika kita mengungkapkan rasa syukur kita dengan menggunakan apa yang kita punyai untuk membantu saudara kita yang membutuhkan. Allah telah berjanji akan menambah kenikmatan jika kita bersyukur atas yang kita miliki(QS. Ibrahim: 7).
Keempat, bagaimana jika kita merasa tidak mampu berkontribusi dalam menghadapi wabah ini. Perlu diingat bahwa tindakan soliter kita saat pandemi merupakan bentuk solidaritas tersendiri dalam memutus rantai penyebaran virus corona. Melakukan ibadah seperti salat berjamaah hingga tadarus Alqur’an dari rumah merupakan langkah antisipatif yang bijak. Kita dapat menjadikan momentum ini untuk memutus keterikatan kita kepada hiruk pikuk dan sifat duniawi. Tanpa mengurangi kekhusyukan dan esensi makna Ramadhan, kita mantapkan diri melakukan ibadah Ramadhan di rumah kita masing-masing. Bukankah Allah berada didekat kita dan akan mengabulkan doa hamba yang memohon kepada-Nya (QS. Al-Baqarah: 186).
Akhir kata, kebaikan harus kita tebarkan dengan menembus sekat sosial, ekonomi, dan politik melalui solidaritas sosial yang dapat digembleng dan diperkuat selama bulan Ramadhan ini. Semangat solidaritas dan kebersamaan menjadi kohesi antarwarga dalam bingkai keeratan sosial yang ampuh mencegah konflik baik konflik ekonomi, SARA, maupun identitas ditengah pandemi virus corona ini.Wallahu a’lam bishowab.