Bulan Ramadhan adalah bulan istimewa. Pada bulan ini semua dosa diampuni dan semua amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Karena itu, umat Islam berlomba-lomba beramal dan berbuat kebajikan di bulan Ramadhan ini, baik amalan ibadah ritual maupun sosial. Namun bagaimanakah konsistensinya pada saat pasca Ramadhan? Konsistensi atau istiqomah dalam beragama menjadi penting, sebab agama tidak hanya hadir di bulan Ramadhan, tetapi juga hendaknya menjadi solusi yang mewarnai kehidupan pasca Ramadhan.
Istiqomah sendiri secara sederhana berarti konsisten dalam menjalankan satu aktivitas atau program menuju suatu tujuan (goal) yang sudah dirancang sebelumnya. Konsistensi ini akan lahir manakala seseorang merasa yakin atas tujuan yang hendak dicapai dan master plan yang jelas dan terukur untuk mencapai tujuan tersebut. Berdasarkan keyakinan tersebut, seseorang akan melaksanakan program yang sudah dirancang secara terus menerus, dan kontinu sehingga lahir sebuah tradisi yang mendarah daging dalam dirinya. Ketika menjadi sebuah tradisi atau kebiasaan, maka seseorang tidak merasa beban dalam melaksanakan program tersebut. Ia juga akan tahan uji terhadap segala godaan yang dapat menjadi penghambat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam Islam, tujuan hidup manusia sudah jelas dan al-Quran sudah menunjukkan arah mana jalan yang harus ditempuh. Seorang muslim hanya perlu istiqomah dalam menempuh jalan tersebut.
Para ulama mendefiniskan istiqomah ini dengan ungkapan luzum al-thaah atau konsisten dalam ketaatan kepada Allah. Dalam al-Quran setidaknya terdapat dua ayat yang secara eksplisit berbicara tentang istiqomah; yaitu Q.S Fushilat ayat 30-32 dan Q.S. Al-Ahqaf ayat 13-14. Kedua ayat ini memulai dengan statemen: innalladzina qaalu rabbuna Allahu tsummastaqaamu (seseungguhnya orang-orang yang berkata, Allah adalah Tuhan kami kemudian mereka istiqomah. . . ). Kedua ayat ini menyadingkan kata istiqomah setelah keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan kami (rabbunallahu). Hal yang sama juga kita temukan dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim: Qul Amantu billah tsummastaqim (katakanlah, aku beriman kepada Allah kemudian istiqomah). Hal ini menunjukkan adanya hubungan kausalitas antara istiqomah dan keimanan. Artinya keimanan yang kuat akan menjadi fondasi yang kokoh bagi seorang muslim untuk konsisten atau istiqomah. Sebaliknya, keimanan yang rapuh akan mengakibatkan lemahnya tingkat konsistensi seorang muslim dalam beragama.
Secara teoritis, iman seorang muslim bisa bertambah dan bisa berkurang dalam setiap saat, namun seorang yang istiqomah adalah orang yang konsisten dalam keimanannya. Ia akan tetap istiqomah dalam setiap ruang dan waktu. Di manapun dan kapan pun ia akan tetap istiqomah dalam beragama, baik dalam usia muda maupun tua, dalam suasana senang ataupun susah, saat menjadi atasan atau bawahan, ataupun saat miskin ataupun kaya. Seorang muslim juga harus istiqomah berbuat kebajikan saat berada di rumah, kantor, Mall, jalan atau di manapun. Rasulullah bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di mana saja dan kapan saja engkau berada,” (HR at- Tirmidzi). Semua itu di dasarkan pada keyakinan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana Allah. Tugas manusia adalah melaksanakan kewajiban sebaik-baiknya secara kontinu. Begitu pentingnya istiqomah sampai-sampai Rasulullah bersabda: “Amal yang paling disukai oleh Allah adalah amal yang dilakukan secara rutin walau pun sedikit.” (HR Bukhari dan Muslim).
Mengingat pentingnya istiqomah ini, Allah menjanjikan mereka yang istiqomah dalam kebaikan dengan tiga keutamaan sebagaimana tergambar dalam QS. Fushilat 30-32 dan Al-Ahqaf 13-14; yaitu tidak akan merasa takut, tidak merasa susah dan mendapatkan surga Allah. Balasan yang diberikan Allah, tidak hanya dalam kehidupan di akhirat, tetapi juga balasan dunia. Balasan du dunia, orang yang istiqomah tidak akan merasa takut dan susah, sementara balasan di akhirat berupa surganya Allah. Kematangan jiwa spiritualitas sebagai hasil integrasi iman dan amal akan melahirkan pribadi muslim yang tangguh yang siap menghadapi segala medan kehidupan. Dia akan tetap tenang dan santun, karena bersamanya ada Allah SWT. Wallahualam bishowab.