• Bahasa
Writy.
  • Profil
    • Kata Pengantar
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Manajemen dan Struktur Organisasi
    • Nilai dan Tradisi
  • Program
    • Pelatihan
    • Pendidikan
    • Penelitian
    • Layanan Mediasi
    • Peace Campaign
  • Berita
  • Opini
No Result
View All Result
Writy.
  • Profil
    • Kata Pengantar
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Manajemen dan Struktur Organisasi
    • Nilai dan Tradisi
  • Program
    • Pelatihan
    • Pendidikan
    • Penelitian
    • Layanan Mediasi
    • Peace Campaign
  • Berita
  • Opini
No Result
View All Result
Writy.
No Result
View All Result
I’tikaf dan Evaluasi Diri di Penghujung Ramadhan

I’tikaf dan Evaluasi Diri di Penghujung Ramadhan

admin by admin
June 9, 2022
in Opini
Reading Time: 3 mins read
0
Share on FacebookShare on Twitter

Tanpa terasa, kita berada di bagian sepuluh akhir Ramadhan. Nabi Saw contohkan untuk kencangkan ikat pinggang bukan semata menahan makanan karena hal itu telah dilakukan sejak awal Ramadhan, melainkan pengendalian nafsu sex yang halal dilakukan selama malam harinya hingga tersisa 10 akhir Ramadhan, beliau tekad untuk I’tikaf di masjid yang Allah tetapkan salah satu ketentuannya untuk tidak berkumpul dengan istrinya (Qs al-Baqarah 2: 187).

I’tikaf berarti tinggal atau berdiam diri di suatu tempat. Di masa awal Islam bahkan era sebelumnya yaitu masa Jahiliyah, ia merupakan konsep rehat sejenak hingga moment untuk evaluasi diri (muhasabah). Salah satu bukti laku ini telah dikenal sebelum Islam adalah isyarat HR al-Bukhari tentang kisah Umar bin al Khaththab masa Jahiliyah, ia bernadzar untuk i’tikaf di masjidil Haram (sekitar Ka’bah), dan Nabi Saw mengizinkan untuk dipenuhi nadzar tersebut.

You might also like

Hikmah Puasa: Berdamai dengan Diri Sendiri Kunci Menciptakan Perdamaian Dunia

Hikmah Puasa: Berdamai dengan Diri Sendiri Kunci Menciptakan Perdamaian Dunia

June 19, 2022
Puasa dan Multi Job Kaum Hawa Masa Pandemi

Puasa dan Multi Job Kaum Hawa Masa Pandemi

June 19, 2022

I’tikaf dalam konteks Islam menjadi moment evaluasi diri, dinamai demikian untuk melihat apa yang telah dilakukannya dan apa yang belum serta apa yang akan dilakukan kedepan yang terbaik. Wahana untuk dapat jernih memotret laku adalah saat-saat dekat kepada Allah, jauh dari nafsu duniawi dan timing yang tepat adalah puncak ibadah (akhir-akhir puasa Ramadhan), di masjid (tempat bersujud kepada Allah), dan outputnya mendapat pencerahan ataupun hidayah Allah yang menjadi tonggak perubahan dirinya menjadi lebih baik (al-qadar). Hal terakhir ini pulalah yang diharap setiap umat saat beri’tikaf yaitu memperoleh lailatul qadr, yang nilainya lebih baik dari seribu bulan (Qs al-Qadr 97: 1-5)

Evolusi konsep I’tikaf dari sekedar rehat hingga evaluasi diri di masjid untuk mendapat lailatul qadr perlu mendapatkan sentuhan baru (reformulasi) hingga kita tidak terjebak kepada rutinitas tinggal di masjid, lebih-lebih beramai ramai sehingga tidak memberikan dampak perubahan apapun sebelum dengan sesudah melakukan I’tikaf. Bukanlah I’tikaf membutuhkan keheningan, sebagaimana kisah Nabi saw yang menunda I’tikafnya karena diikuti banyak istrinya (HR Muslim dari Aisyah), bahkan di lain kesempatan Nabi Saw menegur orang yang membaca al-Qur’an baik saat shalat maupun di luar shalat untuk tidak dikeraskan di sisi beliau yang sedang I’tikaf  sebagaimana riwayat Abu Sa’id, dia berkata; “Rasulullah Saw beri’tikaf di Masjid, lalu beliau menedengar mereka (para sahabat) mengeraskan bacaan (Al Qur’an) mereka. Kemudian beliau membuka tirai sambil bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya kalian tengah berdialog dengan Rabb, oleh karena itu janganlah sebagian yang satu mengganggu sebagian yang lain dan jangan pula sebagian yang satu mengeraskan terhadap sebagian yang lain di dalam membaca (Al Qur’an) atau dalam shalatnya.(HR Abu Dawud)

Tulisan ini sekedar tawaran tentang formulasi I’tikaf sebagai wahana evaluasi diri di akhir-akhir Ramadhan, dengan iringan doa mudah-mudahan puasa kita diterima Allah serta mendapatkan anugerah lailatul qadar. Kita maklumi bahwa setiap manusia dinilai dari amalnya, laku demi laku akan membuahkan catatan amal, dan tidak ada amalan manusia yang bebas dari kesalahan, bahkan Nabi saw menyampaikan bahwa setiap manusia pembuat salah, tapi sebaik-baik pembuat salah adalah yang bertaubat (HR at-Turmudzi dari Anas).

Diam saja tidak menjadikan orang lebih baik, oleh sebab itu diam saat I’tikaf bukan untuk selamanya, melainkan sebuah moment untuk merancang laku yang lebih baik dari laku sebelumnya. Oleh sebab itu rukun I’tikaf yang perlu diperhatikan adalah penyiapan program ini baik dari sisi tempat, waktu dan kegiatan yang dilakukan di dalamnya.

Pertama, tentang persiapan tempat, Nabi Saw member contoh dengan menyiapkan sendiri tempat untuk i’tikaf atau pun disiapkan oleh istrinya di bagian Masjid sebagai tempat paling strategis untuk berfikir yang lebih jernih untuk menyambut bimbingan Allah. Kedua, ditempatkan di sepuluh akhir Ramadhan sebagai moment puncak-puncaknya kedekatan diri hamba dengan Allah, di dukung ketiga, melakukan amalan-amalan yang sifatnya ibadah ukhrawi serta melepaskan diri dari hiruk pikuk duniawi yang akan mempengaruhi bimbingan Allah yang diharapkan tidak dikeruhkan oleh kepentingan-kepentingan duniawinya.

Pada akhirnya, mari kita kembangkan budaya I’tikaf Nabi Saw untuk menyongsong hidup yang lebih baik di masa mendatang sesuai bimbingan Ilahi, sudah barang tentu di akhir-akhir Ramadhan ini sebagai moment puncak pendekatan diri kita kepadaNya dan di tempat-tempat kita bersujud kepadaNya, yang untuk saat ini dapat kita lakukan di masjid-masjid rumah kita).  Sehingga kita akan peroleh bimbinganNya yang menggiring kita kepada kemulyaan dan meraih lailatulqadr yang dijanjikanNya. amin

admin

admin

Related Stories

Hikmah Puasa: Berdamai dengan Diri Sendiri Kunci Menciptakan Perdamaian Dunia

Hikmah Puasa: Berdamai dengan Diri Sendiri Kunci Menciptakan Perdamaian Dunia

by admin
June 19, 2022
0

Tentang Penulis Nama : Anthin Lathifah Bio : Anggota WMC dan Pengajar pada Fak. Syariah dan Hukum UIN Walisongo Puasa...

Puasa dan Multi Job Kaum Hawa Masa Pandemi

Puasa dan Multi Job Kaum Hawa Masa Pandemi

by admin
June 19, 2022
0

Tentang Penulis Nama : Dr. H. Muhammad Saifullah, M.Ag. Bio : Dekan FEBI UIN Walisongo & Pegiat WMC Seorang ibu...

Ramadhan Menguatkan Modal Sosial

Ramadhan Menguatkan Modal Sosial

by admin
June 19, 2022
0

Tentang Penulis Nama : Misbah Zulfa Elizabeth Bio : Sekretaris Walisongo Mediation Center & Dekan FISIP UIN Walisongo Ramadhan tahun...

Ramadhan dan Pesta Rakyat

Ramadhan dan Pesta Rakyat

by admin
June 19, 2022
0

Tentang Penulis Nama : Kasan Bisri, M.A. Bio : Pegiat WMC dan Dosen FITK UIN Walisongo Ramadhan dalah bulan istimewa...

Next Post
Jalan Tol Menuju Puncak Spiritual dengan #RamadandiRumahAja

Jalan Tol Menuju Puncak Spiritual dengan #RamadandiRumahAja

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Walisongo Mediation Center

© 2022 WMC - Walisongo.

Navigasi

  • Profil
  • Program
  • Berita
  • Opini

Ikuti Kami

No Result
View All Result
  • Bahasa
    • English
    • Indonesian
    • Arabic
  • Profil
    • Kata Pengantar
    • Sejarah
    • Visi dan Misi
    • Manajemen dan Struktur Organisasi
    • Nilai dan Tradisi
  • Program
  • Opini
  • Berita

© 2022 WMC - Walisongo.