Di bulan Ramadan ini, umat muslim sedang diuji kesabarannya dengan berbagai ujian. Secara lahir, selain diwajibkan berpuasa, umat muslim juga diuji dengan pandemi global Covid-19 yang menuntut mereka untuk membatasi diri dengan jaga jarak aman (physical distancing), termasuk megikuti aturan ‘di rumah aja atau stay at home’ dari pemerintah. Dengan kata lain, berpuasa ramadan di masa pandemi ini merupakan penyatuan ‘dua ujian berat’ yang menjadikan umat muslim membatasi gerak dan syiar mereka di tengah ‘jihad’ mereka melawan Covid-19.
Kondisi ini secara batin menuntut umat muslim untuk belajar mengelola kesabarannya, memerangi hawa nafsunya, dan menguatkan ketahanan mereka dalam menghadapi ujian. Lebih spesifik lagi, diamnya seorang mukmin dalam rumah yang awalnya merupakan upaya menghadang laju penularan covid-19 ini, secara batin juga menguji seorang mukmin, akankah ia mampu menaiki tangga-tangga spiritualitas untuk semakin mesra dengan sang khaliq ataukah ia terus meratapi nasibnya di tengah pandemi ini?
Ramadan dalam kondisi apapun tetaplah Ramadan, bulan agung yang di dalamnya terdapat banyak keistimewaan termasuk malam lailat al-qadr bagi mereka yang mau menggunakannya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Keagungan Ramadan ini justru semakin bertambah dengan belum hilangnya pandemi global Covid-19 yang sedikit banyak menyulitkan umat muslim dalam menjalankan rangkaian ibadah di dalamnya. Hal ini sejalan dengan kaedah al-ajru bi qadr al-ta’ab, pahala (keutamaan) suatu ibadah diukur dari seberapa beratnya ibadah tersebut. Semakin sulit suatu ibadah dilksanakan maka semakin besar pula pahala yang didapatkan.
Dalam konteks inilah kiranya sangat penting mengikuti himbaun pemerintan untuk tetap di rumah (stay at home), bukan hanya untuk mengehentikan laju penularan Covid-19, tetapi lebih dari itu dimaksudkan untuk melakukan aktivitas ‘pemisahan diri’ dari komunitas sosial demi mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang sering disebut dengan ‘uzlah. ‘Uzlah merupakan sarana awal yang mengantarkan seorang hamba pada aktivitas penyendirian diri (khalwat) dengan melatih jiwa untuk menyendiri, mengurangi makan-minum, tidur dan berbicara, juga untuk berlatih menjaga hati dari pikiran-pikiran yang selalu berorientasi pada semesta (dunia).
Faedah dan keutamaan ‘uzlah sangatlah banyak. Dalam kitab Ihya’ misalnya Imam al-Ghazali menyebutkan di antara faedah ‘uzlah adalah untuk melatih jiwa agar selalu tekun dalam beribadah, berfikir, dan meningkatkan pengetahuan, juga untuk menjauhi maksiat yang seringkali dilakukan seorang hamba ketika berbaur dengan manusia lainnya, dan untuk menghindari akhlak dan perbuatan tercela tatkala berbaur dengan orang-orang yang tidak baik perangainya.
Dengan membiasakan ber-‘uzlah, seorang hamba dapat belajar untuk meningkatkan level spiritualitasnya dari maqam sababi-kasbi menuju maqam tajrid. Maqam sababi atau kasbi adalah satu tingkatan spiritual dalam tasawuf di mana seorang hamba masih berada di level bawah dan senantiasa bergantung secara lahiriyah dengan hasil usahanya seperti umumnya manusia, atau dengan istilah lain maqam di mana seorang hamba masih terkena hukum kausalitas atau hukum sebab akibat, di mana siapa saja yang bekerja keras ia akan menggapai hasil yang maksimal, dan siapa saja yang bermalas-malasan maka tidak akan mendapatkan apa-apa.
Adapun maqam tajrid adalah tingkatan atau level di mana seorang hamba secara total hanya berpasrah kepada Allah Swt dan memutus seluruh ketergantungan dirinya pada alam semesta (dunia). Di maqam tajrid inilah seorang hamba akan terus menerus belajar untuk menghiasi diri dengan selalu menghadirkan sang Khaliq dalam hatinya, membersihkan hati dalam setiap detik atau waktu yang di lewatinya, dan membebaskan dirinya dari setiap kenyamanan sifat-sifat kerendahan.
Ramadan di rumah dalam suasana Covid-19 ini sejatinya adalah jalan tol untuk mempercepat laju seorang hamba dalam mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Dengan berdiam diri di rumah saat Ramadan, seorang hamba dapat pahala karena membantu upaya pemerintah dalam menekan laju penularan virus. Di samping itu, dengan ber-Ramadan di rumah seorang dengan sebaik-baiknya seorang hamba juga akan mampu menaikkan tangga spiritualitasnya dari maqam sababi menuju maqam tajrid. Semoga Allah memudahkan kita semua, Amin.